Kendala dan Solusi Memulai Bisnis Pribadi
Kendala dan Solusi Memulai Bisnis Pribadi - Bagi sebagian besar orang, memulai usaha pribadi tergolong sebuah keputusan yang menantang. Nihilnya pengalaman berwirausaha menyebabkan banyak calon wirausahawan merasa segan, ragu, dan takut untuk memulai bisnis.
Dalam buku berjudul ½ Karyawan ½ Bos, wirausahawan Supardi Lee dan Noval Ramsis mengatakan bahwa sedikitnya ada tiga ketakutan yang dialami wirausahawan pada awal karirnya.
Takut dicemooh
Keputusan untuk meninggalkan rutinitas sebagai pegawai kantor dan memulai bisnis sendiri pasti menuai kontroversi dari orang-orang sekitar. Apalagi jika posisi yang dimiliki saat menjadi pegawai kantor sudah tinggi. Belum lagi adanya anggapan bahwa pekerja kantoran lebih “keren” dibanding wirausahawan yang tidak berpakaian formal dan tidak bekerja di gedung perkantoran yang megah.
Adalah wajar jika pandangan semacam itu ditujukan kepada calon wirausahawan. Yang bisa dilakukan untuk menanggapi pandangan dari orang-orang sekitar tersebut adalah dengan tersenyum dan berterima kasih kepada mereka. Pendapat negatif tersebut hendaknya diubah menjadi ‘pecut’ untuk membuktikan bahwa pandangan mereka itu salah. Jadikan perkataan negatif mereka sebagai motivasi untuk makin semangat berbisnis.
Takut bangkrut
Takut bangkrut disebabkan oleh minimnya pengalaman calon wirausahawan dalam mengelola uang yang dimiliki. Rasanya sayang untuk menghabiskan tabungan yang telah bertahun-tahun disimpan untuk dijadikan modal usaha. Hasil kerja keras saat menabung akan menjadi sia-sia jika usaha yang akan dirintis pada akhirnya bangkrut.
Perasaan takut ini normal dialami oleh calon wirausahawan. Cara mengatasi rasa takut ini adalah dengan mencontoh orang-orang sukses yang pernah berkali-kali mengalami kegagalan, namun berkali-kali pula mereka bangkit. Kegagalan janganlah dipandang sebagai kebangkrutan permanen. Look at the bright side. Hikmah apa yang bisa dipetik dari kegagalan itu? Ambillah pelajaran dari kegagalan yang lalu untuk mengambil keputusan di masa depan.
Takut tidak bisa membagi waktu
Calon wirausahawan yang tetap ingin menjadi pegawai kantoran kerap merasa takut kalau-kalau ia tidak bisa menangani pekerjaan di kantor dan usaha pribadi secara bersamaan. Ada kekhawatiran bahwa jika terlalu fokus pada usaha pribadi, maka akan berdampak pada kualitas kerja di kantor. Akibatnya, atasan akan menegur karena kinerja yang menurun ini.
Kunci mengatasi permasalahan ini adalah memiliki time management yang baik. Berikan alokasi waktu pada pekerjaan kantor dan usaha pribadi sesuai porsinya masing-masing. Waktu profesional, yaitu saat weekdays, harus digunakan untuk mengerjakan urusan kantor. Waktu personal, yaitu saat weekend, baru boleh digunakan untuk mengurus usaha pribadi. Jangan sekali-kali melakukan “korupsi waktu” dengan menangani usaha pribadi di waktu kerja kantor, atau sebaliknya. Jika “korupsi waktu” ini dilakukan, Anda akan memiliki poor time management yang akan berdampak tidak hanya pada usaha pribadi, namun juga pekerjaan kantor Anda.
Dalam buku berjudul ½ Karyawan ½ Bos, wirausahawan Supardi Lee dan Noval Ramsis mengatakan bahwa sedikitnya ada tiga ketakutan yang dialami wirausahawan pada awal karirnya.
Takut dicemooh
Keputusan untuk meninggalkan rutinitas sebagai pegawai kantor dan memulai bisnis sendiri pasti menuai kontroversi dari orang-orang sekitar. Apalagi jika posisi yang dimiliki saat menjadi pegawai kantor sudah tinggi. Belum lagi adanya anggapan bahwa pekerja kantoran lebih “keren” dibanding wirausahawan yang tidak berpakaian formal dan tidak bekerja di gedung perkantoran yang megah.
Adalah wajar jika pandangan semacam itu ditujukan kepada calon wirausahawan. Yang bisa dilakukan untuk menanggapi pandangan dari orang-orang sekitar tersebut adalah dengan tersenyum dan berterima kasih kepada mereka. Pendapat negatif tersebut hendaknya diubah menjadi ‘pecut’ untuk membuktikan bahwa pandangan mereka itu salah. Jadikan perkataan negatif mereka sebagai motivasi untuk makin semangat berbisnis.
Takut bangkrut
Takut bangkrut disebabkan oleh minimnya pengalaman calon wirausahawan dalam mengelola uang yang dimiliki. Rasanya sayang untuk menghabiskan tabungan yang telah bertahun-tahun disimpan untuk dijadikan modal usaha. Hasil kerja keras saat menabung akan menjadi sia-sia jika usaha yang akan dirintis pada akhirnya bangkrut.
Perasaan takut ini normal dialami oleh calon wirausahawan. Cara mengatasi rasa takut ini adalah dengan mencontoh orang-orang sukses yang pernah berkali-kali mengalami kegagalan, namun berkali-kali pula mereka bangkit. Kegagalan janganlah dipandang sebagai kebangkrutan permanen. Look at the bright side. Hikmah apa yang bisa dipetik dari kegagalan itu? Ambillah pelajaran dari kegagalan yang lalu untuk mengambil keputusan di masa depan.
Takut tidak bisa membagi waktu
Calon wirausahawan yang tetap ingin menjadi pegawai kantoran kerap merasa takut kalau-kalau ia tidak bisa menangani pekerjaan di kantor dan usaha pribadi secara bersamaan. Ada kekhawatiran bahwa jika terlalu fokus pada usaha pribadi, maka akan berdampak pada kualitas kerja di kantor. Akibatnya, atasan akan menegur karena kinerja yang menurun ini.
Kunci mengatasi permasalahan ini adalah memiliki time management yang baik. Berikan alokasi waktu pada pekerjaan kantor dan usaha pribadi sesuai porsinya masing-masing. Waktu profesional, yaitu saat weekdays, harus digunakan untuk mengerjakan urusan kantor. Waktu personal, yaitu saat weekend, baru boleh digunakan untuk mengurus usaha pribadi. Jangan sekali-kali melakukan “korupsi waktu” dengan menangani usaha pribadi di waktu kerja kantor, atau sebaliknya. Jika “korupsi waktu” ini dilakukan, Anda akan memiliki poor time management yang akan berdampak tidak hanya pada usaha pribadi, namun juga pekerjaan kantor Anda.
0 komentar:
Posting Komentar