Di bangku sekolah—mulai dari SMA/SMK hingga perguruan tinggi—diajari
keduanya. Namun begitu memasuki dunia kerja anda disuguhi pilihan
spesialisasi antara “
Akuntansi Keuangan” (
Financial Accounting) atau “
Akuntansi Managemen” (
Management Accounting). Pilih mana?
Misalnya:
- Jika
anda ingin menjadi seorang partner di sebuah Kantor Akuntan Publik,
sudah pasti anda harus terspesialisasi ke akuntansi keuangan; atau
- Jika anda ingin menjadi seorang direktur keuangan di perusahaan mau tidak mau anda akan berhadapan dengan akuntansi manajemen disamping akuntansi keuangan; dan
- Lain sebagainya.
Contoh
di atas kebetulan keduanya sudah posisi puncak (top position); siapa
yang tidak ingin jadi direktur atau partner? Masalahnya, tidak ada orang
yang tiba-tiba saja berada di posisi puncak; semua mulai dari bawah,
menangani pekerjaan-pekerjaan teknis—istilahnya “
the dirty works”. Di wilayah “dirty works” ini, mau tidak mau, suka tak suka, pasti terspesialisasi.
Yang perlu anda pikirkan mungkin,
seperti apa sih tipikal pekerjaan dari masing-masing jenis akuntansi itu? Apakah cocok dengan anda?
Itulah
pokok bahasan dalam artikel ini. Setelah melakukan perbandingan dan
analisa sederhana, seperti biasanya, saya akan menyertakan rekomendasi
di akhir tulisan yang mudah-mudahan bisa dijadikan bahan pertimbangan
dalam menentukan spesialisasi antara akuntansi keuangan atau akuntansi manajemen.
Namun sebelum itu, kita lihat dulu yang satu ini…
Miskonsepsi Tentang Jenis Skill Akuntansi Yang Dibutuhkan
Ada
anggapan yang menyebutkan bahwa semua akuntan yang bekerja di
perusahaan (swasta atau BUMN/BUMD) adalah AKUNTAN MANAJEMEN (Management
Accountant). Dilihat dari aspek “untuk kepentingan siapa bekerja,” IYA,
mereka memang bekerja untuk kepentingan management, digaji oleh
perusahaan, thus disebut akuntan manajemen (management accountant.)
Namun
akan menjadi KELIRU jika anggapan itu kemudian diterjemahkan
seolah-olah skill yang dibutuhkan untuk bekerja di perusahaan hanya
akuntansi manajemen. Faktanya yang benar, skill “akuntansi keuangan” dan
“akuntasi manajemen” sama-sama dibutuhkan—tergantung posisinya.
Di
dalam perusahaan, ada akuntan yang pekerjaannya menangani pelaporan
keuangan (thus menggunakan skill akuntansi keuangan) dan ada yang
menangani pelaporan manajemen thus menggunakan skill akuntansi
manajemen.
Di luar itu, ada juga anggapan yang menyebutkan bahwa
mereka yang terspesialiasi ke Akuntansi Manajemen tidak bisa bekerja di
Kantor Akuntan Publik (KAP). Faktanya, KAP itu bisnisnya terbagi menjadi
dua bagian besar, yaitu jasa ATESTASI (
Assurance Services) yang khusus menangani Audit; dan jasa Konsultasi Bisnis (
Trusted Business Advisory/TBA) yang khusus memberikan asistensi kepada perusahaan.
Para
Auditor di KAP, YA, mereka Akuntan Publik yang independent—dalam artian
tidak memihak perusahaan manapun, setidaknya secara teroritis dan
aturan. Namun, mereka yang bekerja di divisi TBA-nya bersifat dependent,
mereka bekerja untuk kepentingan manajemen perusahaan kliennya,
sehingga sesungguhnya mereka adalah akuntan manajemen jika dilihat dari
untuk siapa mereka bekerja.
Lalu, yang mana lebih cocok untuk anda?
Untuk
menjawab pertanyaan ini sebaiknya kita lihat perbandingan antara
“Akuntansi Keuangan” Vs “Akuntansi Manajemen” terlebih dahulu.
Perbandingan Akuntansi Manajemen Vs Akuntansi Keuangan
Berikut adalah perbandingannya, dilihat dari berbagai aspek:
1. Pengguna Utama Laporan:
a). Akuntansi Keuangan
– Pengguna utama laporan yang dihasilkan oleh Akuntansi keuangan adalah
pihak eksternal perusahaan. Pihak eksternal yang dimaksudkan di sini,
yakni para pemegang saham, kreditur (institusi keuangan dan
non-keuangan), dan regulator (Badan Pengawas Pasar Modal dan Direktorat
Jenderal Pajak).
b). Akuntansi Manajemen –
Seperti namanya, pengguna utama laporan yang dihasilkan oleh akuntansi
manajemen adalah para pengelola perusahaaan yang terdiri dari para
manajer dan eksekutif perusahaan yang lumrah disebut “
management” saja.
2. Laporan Utama yang Disajikan:
a). Akuntansi Keuangan – Laporan utama yang disajikan oleh Akuntansi Keuangan selalu berupa “Laporan Keuangan” yang terdiri dari:
- Neraca (Balance Sheet)
– Laporan Keuangan yang menyajikan informasi mengenai posisi keuangan
perusahaan hingga pada tanggal tertentu, misalnya 31 Desember 2013 (itu
sebabnya PSAK saat ini memakai istilah “Lap Posisi Keuangan”.) Isinya:
Aset, Liabilitas, Ekuitas Pemilik.
- Laporan Laba Rugi (Profit and Lost Statement)
– Laporan Keuangan yang menyajikan informasi mengenai hasil operasional
perusahaan selama satu periode tertentu, misalnya 1 Januari s/d 31
Desember 2013, apakah membukukan laba atau rugi. Isinya: Pendapatan,
Beban, Biaya, Laba/Rugi.
- Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)
– Laporan Keuangan yang menyajikan informasi mengenai aliran kas
perusahaan; darimana kas masuknya berasal dan digunakan untuk apa saja,
selama satu periode tertentu, misalnya 1 Januari s/d 31 Desember 2013.
Isinya: Kas dari Aktivitas Investasi, Kas dari Aktivitas Operasi, dan
Kas dari Aktivitas Pendanaan.
b). Akuntansi Manajemen
– Laporan utama yang disajikan oleh Akuntansi Manajemen beragam dan
tidak sama antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain—tergantung
jenis dan skala usahanya. Namun laporan-laporannya selalu berupa
Laporan Internal, diantaranya berupa:
- Laporan Kas (Cash Reports)
– Laporan yang menyajikan posisi kas setiap hari atau minggu,
perbandingan kas dengan forecast dan budget, perbandingan kas periode
sebelumnya)
- Laporan Status (Status Reports)
– Laporan yang menyajikan kinerja keuangan dan operasional perusahaan
per hari atau minggu. Memuat perbandingan antara kondisi sebenarnya yang
sedang terjadi dengan budget dan forecast.
- Laporan Gaji (Payroll Reports)
–Laporan dapat memberi informasi, sampai per laporan dibuat, sudah
berapa kewajiban gaji dan upah perusahaan terhadap pegawai per
departemen, per orang. Sekaligus membandingkan data tersebut dengan
budget dan forecast.
- Laporan Penjualan dan Biaya (Sales and Expenses Reports)
– Laporan yang menyajikan capaian penjualan sampai per tanggal laporan,
sudah berapa persen yang tercapai dibandingkan dengan forecast dan
budget. Data disajikan per customer (pelanggan) atau per nama
marketer/salesman. Di sisi lainnya juga menyajikan biaya-biaya yang
telah dikeluarkan hingga laporan yang telah dibuat, apakah masih dalam
toleransi budget, bagaimana perbadingannya dengan forecast.
- Laporan Cost (Cost Report)
– Laporan yang menyajikan besaran beban yang timbul dari operasional
perusahaan, pada kurun waktu tertentu (untuk cost center bisa jadi
harian atau mingguan), tentu saja dilengkapi dengan hitung-hitungan dan
analisa-analisa beban/cost yang sangat rinci, per department hingga per
aktivitas. Tergantung teknik costing apa yang diterapkan, laporan ini
dilengkapi dengan hitungan dan analisa-analisa pelengkap, misalnya
berupa “Laporan Selisih” (Variance Report) jika perusahaan menerapkan
“standard costing”.
- Laporan Marjin (Margin Reports)
– Laporan yang menyajikan informasi mengenai marjin (nilai penjualan
dikurangi harga pokok penjualan) per jenis barang (item) dan per
customer (pelanggan). Laporan ini juga dapat memberi gambaran mengenai
barang mana saja yang sampai pada saat laporan dibuat mencetak marjin
(laba kotor) tinggi, mana yang rendah, dengan pisah batas dan parameter
tertentu. Juga, menyajikan informasi mengenai penjualan ke customer
(pelanggan) mana yang memberi marjin tinggi, mana yang rendah.
- Laporan Kapasitas (Capacity Reports)
– Laporan ini khas untuk perusahaan berjenis manufaktur
(industri/pabrikan). Laporan yang menyajikan kapasitas produksi
perusahaan per bagian/divisi, hingga per satu nit mesin. Sekaligus
menampilkan data, kapasitas mesin per tanggal laporan dibuat, berapa
persen terisi. Sehingga secara kesuluruhan dapat diketahui mesin mana
saja yang bekerja dengan kapasitas penuh dan mana yang tidak.
3. Cakupan Isi Laporan:
a). Akuntansi Keuangan
– Cakupan isi “Laporan Keuangan” yang disajikan oleh Akuntansi Keuangan
mencerminkan atau mewakili kondisi perusahaan (baca: entitas) secara
keseluruhan. Pembaca Laporan Keuangan tidak bisa mengetahui berapa
penjualan dari toko A, B, dan C, dari PT JAK misalnya, karena yang
disajikan hanya total penjualan dari semua toko yang ada di bawah
kendali PT. JAK. Demikian halnya dengan beban/biaya. Hal itu karena
pengguna Laporan Keuangan memang tidak membutuhkan informasi sampai
sejauh itu.
b). Akuntansi Manajemen – Cakupan isi
“Laporan Internal” yang disajikan oleh Akuntansi Manajemen mencerminkan
atau mewakili sampai ke subunit suatu entitas mulai dari per cabang,
departemen, hingga ke aktivitas tertentu. Pengguna Laporan Internal,
yaitu management perusahaan, bisa mengetahui kondisi perusahaan ke
bagian operasional perusahaan yang paling kecil. Hal ini karena
informasi tersebut memang diperlukan untuk proses pengambilan keputusan
internal para pengelola perusahaan.
4. Tingkat Kerincian Laporan:
a). Akuntansi Keuangan
– Laporan Keuangan yang disajikan oleh Akuntansi Keuangan bersifat
general, global dan ringkas. Neraca misalnya, pada perusahaan kecil
mungkin terdiri dari satu halaman saja, sedangkan pada perusahaan
terbuka (TBK) yang paling besar mungkin maksimal hanya 4 halaman saja.
Demikian halnya dengan Laporan Laba Rugi dan Laporan Arus Kas, semuanya
disajikan serba ringkas.
b). Akuntansi Manajemen –
Laporan Internal yang disajikan oleh Akuntansi Manajemen bersifat
spesifik dan detail. Laporan Penjualan misalnya, mungkin bisa berpuluh
atau ratus halaman; dilaporkan per customer, per lokasi outlet
(retailer), per item barang, per warna, per size, dst. Tak jarang
laporan-laporannya juga dilengkapi dengan diagram (chart) yang dirancang
untuk manager yang lebih suka membaca laporan yang divisualisasikan.
5. Sumber Data Laporan:
a). Akuntansi Keuangan
– Data yang digunakan untuk menyusun Laporan Keuangan seratus persen
bersumber dari transaksi keuangan yang kemudian diinput dalam bentuk
journal entry (debit-kredit).
b). Akuntansi Manajemen
– Data yang digunakan untuk membuat Laporan Internal manajemen
bersumber dari data apapun yang dianggap relevan dan terkait dengan
kegiatan usaha, termasuk jurnal (debit-credit yang dihasilkan oleh
akuntansi keuangan.
6. Aturan Pengolahan Data dan Penyajian Laporan:
a). Akuntansi Keuangan
– Dalam mengolah data dan menyajikan laporan, Akuntansi Keuangan secara
tegas diwajibkan mengikuti konsep, prinsip dan postulat tertentu, yang
tersandarisasi seperti tertuang dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK). Itu sebabnya, format laporan dan item dalam Laporan
Keuangan selalu sama (setidaknya nyaris sama).
b). Akuntansi Manajemen
– Patokan yang digunakan oleh Akuntansi Manajemen dalam mengolah data
dan menyajikan laporan hanya AKURASI dan RELEVANSI-nya terhadap jenis
keputusan manajemen perusahaan yang akan diambil—tidak ada aturan yang
terstandarisasi. Itu sebabnya, format dan isi Lapotan Internal
masing-masing perusahaan variatif.
7. Fungsi Pelaporan:
a). Akuntansi Keuangan
– Pelaporan Keuangan oleh Akuntansi Keuangan dimaksudkan untuk tujuan
yang bersifat umum dari pengguna laporan keuangan yang memiliki
kepentingan berbeda-beda; pembagian dividend (pemegang saham), jual-beli
saham dan
sekuritas
(trader), persetujuan kredit/funding (banker), partnership dan
investasi (investor), perpajakan (DJP), dan regulasi pasar modal
(Bappepam). Dalam pengertian, apapun kepentingan para pengguna, selalu
disodori Laporan Keuangan yang format dan item dalam laporan keuangan
yang selalu sama. Misalnya, Laporan Keuangan yang diberikan ke bank sama
dengan yang dipublikasikan ke investor.
b). Akuntansi Manajemen
– Pelaporan Internal oleh Akuntansi Manajemen dimaksudkan untuk
kepentingan yang bisa jadi bersifat rutin (forecast dan budget
misalnya), dan bisa jadi juga bersifat khusus dalam kasus yang sangat
khusus—laporan kapasitas produksi karena perusahaan mengalami
keterlambatan delivery misalnya, atau laporan penjualan yang dibutuhkan
untuk perubahan strategi pemasaran misalnya, atau laporan analisa A/R
dalam rangka melakukan revisi kebijakan kredit, dan lain sebagainya.
Laporan yang diberikan kepada manager misalnya, tak sama dengan laporan
yang disampaikan ke eksekutif, yang diserahkan ke manager produksi tidak
sama dengan yang disampaikan ke manager pemasaran.
8. Waktu Pelaporan:
a). Akuntansi Keuangan
– Penyampaian Laporan Keuangan oleh Akuntansi Keuangan dilakukan secara
rutin dan terjadwal secara pasti (kwartal, semesteran, tahunan).
Keterlambatan laporan bisa berakibat sanksi (misalnya terlambat
menyampaikan laporan fiskal.)
b). Akuntansi Manajemen
– Penyampaikan Laporan Internal oleh Akuntansi Manajemen ada yang
dilakukan secara terjadwal, lebih banyak yang tak terjadwal, bisa
sewaktu-waktu kapanpun dibutuhkan oleh pengguna (management perusahaan).
9. Penilai Kualitas Laporan:
a). Akuntansi Keuangan
– Kualitas Laporan Keuangan tidak dinilai langsung oleh pengguna (pihak
eksternal), melainkan diwakili oleh team auditor independent dari KAP
tertentu melalui proses audit. Sepanjang team auditor independen
menyatakan laporan keuangan handal dan bisa dipercaya, maka pihak
eksternal juga akan berpendapat yang sama. Khusus Ditjen Pajak dan Bea
Cukai, mereka memiliki team pemeriksa (auditor) sendiri dan hanya
percaya kepada hasil penilaian mereka.
b). Akuntansi Manajemen
– Yang menilai kualitas Laporan Internal adalah pengguna langsung
(management perusahaan). Sepanjang laporan yang disajikan akurat dan
bisa dijadikan input dalam proses pengambilan keputusan, maka laporan
dianggap berkualitas. Yang agak sulit, masing-masing manajer perusahaan
memiliki selera dan gaya analisa yang berbeda-beda, disamping
kepentingan yang berbeda-beda (sesuai fungsi maisng-masing manager).
Manajer A mungkin suka laporan yang super detail, manajer B mungkin
pusing kalau melihat laporan yang terlalu detail.
10. Sertifiksi:
a). Akuntansi Keuangan
– Sertifikasi khusus bagi mereka yang professional dalam Akuntansi
Keuangan disebut “Certified Public Accountant” (CPA). Sertifikat
diperoleh setelah memenuhi persyaratan tertentu dan lulusan ujian
khusus.
b). Akuntansi Manajemen – Sertifikasi
khusus bagi mereka yang professional dalam Akuntansi Manajemen disebut
“Certified Management Accountant” (CMA). Sertifikat diperoleh setelah
memenuhi persyaratan tertentu dan lulusan ujian khusus juga.
“
Jadi, mana yang lebih sesuai untuk saya, akuntansi keuangan atau manajemen?” mungkin ada yang berpikir demikian setelah membaca perbandingan di atas. Lanjut ke paragraph di bawah…
Mana Yang Lebih Sesuai Untuk Anda?
Ini
pertanyaan yang sulit untuk dijawab, bisa menjadi sangat subyektif
karena menyangkut preferensi dan selera yang sudah pasti berbeda antara
satu orang dengan orang lainnya.
Lagipula, menurut saya pribadi,
sebagai seorang akuntan—terlepas dari karir apapun yang dipilih—harus
menguasai keduanya dengan sangat baik. Seorang auditor yang bekerja di
KAP misalnya, harus juga menguasai akuntansi manajemen dengan sangat
baik. Sebaliknya, yang bekerja di dalam suatu perusahaan juga wajib
menguasai Akuntansi Keuangan dengan tak kalah baiknya dibandingkan
Akuntansi Manajemen.
Tetapi, IYA, ada kecenderungan-kecenderungan
yang bisa membuat seorang akuntan merasa perlu lebih memperdalam ilmunya
(baca: lebih terspesialisai) pada salahsatu diantara Akuntansi Keuangan
dan Akuntansi Manajemen. Buktinya, ada banyak akuntan yang bergelar
spesialiasai “
Certified Publik Accountant” (CPA) dan tak sedikit pula yang bergelar “
Certified Management Accountant (CMA).
Untuk itu, sekedar gambaran kasar, akan saya coba memberi panduan umum.
Menggunakan perbandingan di atas, anda CENDERUNG lebih cocok terspesialisai ke:
A. Akuntansi Keuangan, jika:
- Anda lebih suka pekerjaaan yang bersifat statis, konstan dan cenderung dari itu-ke-itu saja;
- Anda lebih suka bekerja dengan waktu penyelesaian (deadline) yang telah diketahui sejak jauh-jauh hari;
- Anda lebih suka bekerja dengan pedoman dan acuan yang serba pasti;
- Anda lebih suka bekerja dalam suasana tenang dan sepi;
- Anda lebih suka berada dalam tingkat kepastian (certainty) yang tinggi;
- Anda lebih suka pada hal-hal yang berbau aturan dan standar;
- Anda lebih suka ‘bermain’ di wilayah yang lebih sempit dan terfokus; dan
- Anda lebih suka menonton film yang alur ceritanya tipikal dengan karakter tokoh yang bisa ditebak.
B. Akuntansi Manajemen, bila:
- Anda lebih suka pekerjaaan yang bersifat dinamis, berubah dari waktu-ke-waktu, berfluktuasi dan variatif.
- Tugas
mendadak yang tingkat kompleksitasnya tak bisa diperkirakan adalah
tantangan yang mengasikan bagi anda. Mengejar deadline dadakan yang
nyaris mustahil adalah sensasi yang sangat anda nikmati.
- Lebih
menyukai fleksibilitas dalam bekerja. Aturan standar dan hukum yang
serba kaku justru menjadi pembatas yang membuat anda merasa stress.
- Tak masalah bekerja dalam suasana yang ramai dan hiruk-pikuk, justru keramaian adalah sesuatu yang lebih anda sukai.
- Ketidakpastian
(uncertainty) tak membuat anda merasa resah, anda bisa beradaptasi dan
mudah membaur di tempat dan susasana yang bisa berubah sewaktu-waktu.
- Anda lebih tertarik pada strategi-strategi bisnis dibandingkan menghafal standard dan pasal undang-undang;
- Anda menginginkan ruang bermain yang lebih luas, kalau bisa yang tak terbatas; dan
- Film jenis suspend adalah favorite anda.
Nah, kira-kira mana yang lebih cocok untuk anda?
Mana Yang Lebih Ampuh Untuk Menuju Ke Posisi Puncak?
Bicara PUNCAK, jadi ingat obrolan Pak Mario Teguh dengan host MTGW. Menurutnya:
“Ukuran
posisi puncak itu berbeda bagi masing-masing orang. Puncak si A mungkin
dasar bagi si B. Dan dasar bagi si D mungkin puncak bagi si C.”
Sangat setuju. Di ruang tak terbatas, ukuran puncak itu berbeda-beda, tergantung masing-masing orang:
- Jika
menjadi seorang Akuntan Manajemen di perusahaan adalah ukuran puncak
bagi anda, maka skill Akuntansi Manajemen adalah yang paling diperlukan
untuk bisa sampai di sana. Jika menjadi seorang Auditor di KAP adalah
posisi puncak bagi anda, maka skill Akuntansi Keuangan juga bisa menjadi
pengantar yang paling sesuai.
- Namun jika menjadi Direktur
Keuangan (CFO) di perusahaan atau Managing Partner di KAP adalah posisi
puncak bagi anda, maka menguasai salahsatunya saja adalah tidak cukup.
Sedikit tentang pengalaman pribadi.
Begitu lulus saya langsung bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP)
sehingga lebih banyak bekerja di wilayah Akuntansi Keuangan—praktis tak
pernah menyentuh yang namanya “Laporan Internal” yang disajikan oleh
Akuntansi Manajemen, bahkan melihat bentuknya pun belum pernah
samasekali.
Namun, yang namanya nasib memanglah tak bisa ditebak;
entah mengapa saya merasa jenuh setelah 5 tahun bekerja di KAP, akhirnya
pindah ke perusahaan.
Pun demikian, ilmu dan pengalaman
terspesialisasi di Akuntansi Keuangan selama jadi auditor di KAP juga
sangat membantu ketika bekerja di dalam perusahaan, bahkan saya menduga
itulah alasan utama mengapa saya langsung dipercaya sebagai Chief
Accountant pertamakali bekerja di perusahaan.
Tak lama bekerja
diperusahaan itu, saya pindah ke perusahaan lain. Bukan karena jenuh,
tapi lebih karena ada tawaran dengan posisi—dan kompensasi—yang saat itu
saya nilai lebih baik. Posisi yang baru di perusahaan baru memaksa saya
untuk memperdalam Akuntansi Manajemen sekaligus Akuntansi Keuangan dan
Keuangan (Finance).
Beberapa tahun berjibaku di di wilayah
akuntansi (keuangan dan manajemen) serta keuangan, seiring pertumbuhan
perusahaan, saya memperoleh promosi jabatan ke middle management. Namun
sebelum itu saya harus masuk internship di kantor pusatnya di luar
negeri sana.
Merasa banyak waktu luang di sana, sayapun memutuskan
untuk mengambil program study yang samasekali keluar dari Akuntansi
Manajemen, yaitu Bisnis. Naluri saya mengatakan, saya harus paham
seluk-beluk bisnis jika ingin terus berkembang di wilayah ini.
Namun,
sekalilagi, saya tak mau melupakan asal-muasal saya sebagai orang
akuntansi keuangan, saya tidak mau pengalaman bekerja di KAP terlupakan
begitu saja. Saya tak mau kehilangan pengetahuan tentang standar
akuntansi dan UU pajak. Saya berharap bisa mendayagunakannya
sewaktu-waktu bila saya perlukan. Saya tidak mau bilang “iya, iya, iya”
kepada bawahan hanya karena saya tak cukup update di akuntansi.
Itulah
yang membuat saya memutuskan untuk mengambil program persiapan untuk
ikut ujian CPA sembari menyelesaikan sekolah bisnis, lalu dilanjutkan
dengan ikut ujian dan sukurnya lulus. Karena memang saya melihat
keduanya sama-sama penting. Dan ternyata naluri saya tak jauh meleset.
Di
posisi management—baik di awal, middle maupun eksekutif—menjadi seorang
yang mampu bolak-balik memainkan peran specialist dan generalist di
ruang dan waktu bersamaan secara taktis adalah keistimewaan, keunggulan
sekaligus keberuntungan (berkah).
Jika anda menjadi seorang
Direktur Keuangan (Chief Financial Officer) misalnya, anda dituntut
untuk mampu mengawasi Chief Accountant sekaligus Manager Keuangan,
Internal Auditor sekaligus Risk Manager, Treasurer sekaligus Controller.
Bahkan anda juga diharapkan menguasai Sistim Informasi Akuntansi (SIA)
sekaligus Sistim Informasi Manajemen (SIM), karena harus mengawasi IT
dan HRD. Bagaimana anda mampu menjalankan fungsi ini jika tidak jago di
akuntansi keuangan sekaligus akuntansi manajemen? Bagaimana bisa
menjalankan fungsi dengan efektif jika tak menguasai prosedur audit,
risk management, sekaligus system?
Dan, jika suatu saat nanti anda
berkesempatan menjadi pimpinan di Kantor Akuntan Publik, mungkin anda
juga dituntut untuk mampu mengendalikan Divisi
Assurance Services (yang dihuni oleh orang-orang Akuntansi Keuangan) dan
Trusted Business Advisory (yang dihuni oleh orang-orang Akuntansi manajemen sekaligus Akuntansi Pajak).
Yang ingin saya sampaikan melalui cerita di atas (sekaligus rekomendasi) adalah:
- Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen sama-sama penting;
- Keduanya tidak saling bertolak-belakang, bukan untuk dipertentangan, melainkan saling mengisi dan saling melengkapi;
- Gabungan
keduanya akan menjadi ilmu akuntansi yang utuh dan bisa memberi impact
yang besar bagi organisasi dimana kita bekerja; dan
- Memandang salahsatunya lebih penting sementara meremehkan yang lainnya adalah kekeliruan, foolish.
Terspesialiasi
di awal-awal adalah bagian dari proses yang alamai, tidak apa-apa,
sebab tidak semua orang mampu menguasainya secara sekaligus, butuh waktu
yang panjang untuk itu. Jika beruntung dan memang ditakdirkan demikian,
akan ada masanya anda harus menguasai kedua spesialisasi ini (akuntan
manajemen dan akuntansi keuangan) dan mampu mendayagunakannya secara
bersamaan.
Selamat berakhir pekan.
Sumber: jurnalakuntansikeuangan.com