Menafsirkan Piutang Tak Tertagih
Menafsirkan Piutang Tak Tertagih - Penafsiran dilakukan untuk mengantisipasi tidak tertagihnya piutang dagang dimasa akan datang akibatpenjualan sekarang, untuk dibebankan sebagai periode yang bersangkutan. Taksiran piutang tak tertagih ditentukan setiap akhir periode. Dasar yang digunakan dalam menafsir piutang tak tertagih dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a. Pendekatan Laporan Laba rugi
Pendekatan ini menggunakan persentase tertentu dari total penjualan (biasanya penjualan kredit) untuk menentukan besarnya kerugian piutang pada periode yang sama dengan penjualannya.
b. Pendekatan Neraca
Pendekatan ini menggunakan persentase tertentu dari total piutang (saldo piutang atau analisis umur piutang) untuk menentukan besarnya cadangan kerugian piutang pada periode yang sama dengan piutangnya. Sedangkan besarnya kerugian piutang ditentukan dengan menselisihkan antara saldo cadangan akhir periode.
Contoh penaksiran kerugian piutang tak tertagih
PT. ASTUTI melaporkan pada akhir tahun 2006, 2007 dan 2008 tentang:
Keterangan | 2006 | 2007 | 2008 |
Penjualan kredit (net) | Rp 2.000.000 | Rp 3.000.000 | Rp 2.500.000 |
Piutang dagang (31 Desember) | Rp 1.000.000 | Rp 1.500.000 | Rp 1.200.000 |
Taksiran Kerugian Piutang dari 2% dari Penjualan Kredit Bersih
Periode | Perhitungan | Kerugian piutang | Cadangan kerugian |
Akhir tahun 2006 | 2% x Rp 2.000.000 | Rp 40.000 | Rp 40.000 |
Akhir tahun 2007 | 2% x Rp 3.000.000 | Rp 60.000 | Rp 100.000 |
Akhir tahun 2008 | 2% x Rp 2.500.000 | Rp 50.000 | Rp 150.000 |
Taksiran Kerugian piutang dari 10% dari saldo piutang dagang
Periode | Perhitungan | Cadangan kerugian | Kerugian piutang |
Akhir tahun 2006 | 10% x Rp 1.000.000 | Rp 100.000 | Rp 100.000 |
Akhir tahun 2007 | 10% x Rp 1.500.000 | Rp 150.000 | 50.000 |
Akhir tahun 2008 | 10% x Rp 1.200.000 | Rp 120.000 | -30.000 |
PENCATATAN DENGAN PENDEKATAN LAPORAN LABA-RUGI
Bila penaksiran berdasarkan jumlah penjualan maka jumlah cadangan kerugian yang akan dilaporkan ditentukan sebesar jumlah taksirannya ditambah dengan sadlo cadangan yang masih ada.
Contoh : Jurnal cadangan kerugian piutang
Jurnal Taksiran kerugian piutang dari Penjualan kredit bersih
2006 | Bad Debt expense | 40.000 | |
Allowance for bad debt | 40.000 | ||
2007 | Bad Debt expense | 60.000 | |
Allowance for bad debts | 60.000 | ||
2008 | Bad Debt expense | 50.000 | |
Allowance for bad debt | 50.000 |
PENCATATAN DENGAN PENDEKATAN NERACA
Bila penaksiran berdasarkan saldo piutang maka jumlah cadangan kerugian yang akan dilaporkan ditentukan sebesar jumlah taksirannya, sehingga ada dua kemungkinan yaitu apakah saldo cadangan yang masih ada lebih kecil atau lebih besar dari jumlah taksiran tersebut.
a. Bila cadangan sekarang lebih besar dari saldo cadangan yang ada berarti cadangan Kurang maka harus ditambah jurnalnya:
Bad Debt Expense xxx
Allowance for bad debts xxx
b. Bila cadangan saekarang lebih kecil dari saldo cadangan yang ada berarti cadangan Lebih maka harus dikurangi jurnalnya:
Allowance for bad debts xxx
Bad Debt Expense xxx
Jurnal Taksiran kerugian piutang dari saldo Piutang dagang
2006 | Bad Debt expense | 100.000 | |
Allowance for bad debt | 100.000 | ||
2007 | Bad Debt expense | 50.000 | |
Allowance for bad debts | 50.000 | ||
2008 | Allowance for bad debt | 30.000 | |
Bad Debt expense | 30.000 |
Pak, kerugian piutang akhir thun 2006 dari
BalasHapusTaksiran Kerugian piutang dari 10% dari saldo piutang dagang yang 100.000 darimana ya pak?
bermanfaat bgt ya aaloh....
BalasHapusterutama kalo pendekatan yg neracanyaaa.
maksihhhh kaaaaa
pak kenapa dalam metode pendekatan neraca berisi langkah pengurangan dan penambahan sedangkan pada metode laba rudi saat penjurnalan jumlahnya langsung tidak ada pengurangan dan penambahan ?
BalasHapus