Yeti from Himalaya. What is this?
Baru-baru ini sekelompok penjelajah untuk program film dokumenter
‘Destination Truth’ mengklaim menemukan bukti baru mengenai keberadaan
mahluk raksasa Yeti yang misterius di Himalaya, Nepal.
Menurut Josh Gates, pembawa acara serial tersebut seperti dikutip
dari www.scifi.com bukti-bukti baru tersebut berupa tapak kaki utuh
milik Yeti yang besarnya hampir dua kali ukuran tapak kaki manusia.
Tapak tersebut ditemukan di dekat bantaran sebuah sungai Manju yang
tidak ditinggali manusia. Lokasi tempat itu tiga hari perjalanan kaki
dari Lukla, daerah yang jauhnya sekitar 150 kilometer arah utara dari
ibu kota Nepal, Kathmandu.
“Kami sedang melakukan penyelidikan pada suatu malam di dekat
bantaran sungai sekitar tiga hari lalu, ketika itu yang terlebih dulu
melihat tapak tersebut adalah salah satu pemandu kami, lalu dia
memberitahu kami,” kata Josh.
Akhirnya cetakan tapak kaki tersebut mereka bawa meski semua anggota
tim tak bisa menjelaskan apa sesungguhnya yang mereka lihat. Jika
dilihat dari ukuran telapak kaki sepanjang 33 cm Yeti memiliki tinggi
tak kurang dari 2,4 meter.
“Kami sedang bersiap membawa tapak-tapak kaki ini ke Amerika Serikat
untuk dianalisa lebih lanjut,” kata Gates yang tetap berhati-hati
mengenai penemuan tersebut tetapi dia bersikap terbuka terhadap
keyakinan orang lain.
Banyak orang Nepal Himalaya dan Tibet yang percaya bahwa makhluk itu
ada, meskipun bukti pastinya masih belum terungkap. Bukti-bukti yang
pernah diajukan seperti tengkorak dan pecahan tulang sudah ditolak para
ahli yang menganggapnya tulang hewan.
“Ada banyak orang yang Himalaya yang punya pengalaman sejati, dan
saya tidak tahu bagaimana caranya agar kami bisa memasukkan semua saksi
mata. Tentunya harus ada lebih banyak usaha untuk menjelaskan hal ini,”
katanya.
Bagi Gates dan timnya, penemuan itu merupakan suatu yang tidak
terduga, setelah mereka berkeliling ke puluhan negara demi mencari
mahluk-mahluk sejenis Yeti.
“Berbicara dengan penduduk setempat tentang penampakan yang mereka
lihat dan menemukan sepotong bukti, meskipun bukan bukti nyata yang
menyakinkan, adalah hal yang menggairahkan,” kata Gates.
Tim itu akan kembali ke Nepal untuk melakukan lebih banyak penyelidikan jika hasil laboratorium membenarkan temuan tersebut.
Saat ini tim ‘Destination Truth’ bergerak menuju Afrika kemudian ke
Brazil untuk menyelidiki legenda makhluk lainnya. Sayangnya, kisah
tentang Yeti baru bisa dinikmati secara lengkap pada 2008.
Misteri evolusi
Namun temuan cetakan kaki tersebut dianggap sekadar sensasi oleh
Presiden Asosiasi pendaki gunung Nepal, Ang Tshering Sherpa yang lebih
percaya tapak temuan Gates sekadar tapak telapak kaki beruang gunung.
“Kalau melihat foto tersebut Sampai saat ini berdasarkan temuan-temuan terdahulu Yeti hanya memiliki empat jari kaki,” ujar Ang.
Salah satu pendaki legendaris yang memopulerkan Yeti adalah Reinhold
Messner yang menyelidiki mahluk itu sejak 1986 hingga 1998 untuk buku
‘My Quest for the Yeti.’
Hal senada diungkapkan juru bicara Taman Nasional dan Konservasi
Nepal Laxmi Manandhar yang melihat cetakan kaki aneh temuan tim Gates
tetap belum mampu membuktikan adanya Yeti.
Bagi warga Himalaya, Yeti telah hidup berdampingan dengan damai
bersama mereka selama ribuan tahun tanpa saling mengganggu. Namun bagi
masyarakat Barat m mahluk raksasa Yeti menjadi misteri tak berkesudahan
dan terus memancing keingintahuan.
Yeti menjadi menarik karena mahluk raksasa serupa kera namun berjalan
tegak laiknya manusia ini tak hanya ada di Himalaya tapi juga menjadi
mitos di beberapa tempat di dunia.
Jika Yeti menghuni wilayah Tibet, Himalaya maka di Amerika Serikat
dikenal Bigfoot, Sasquatch, Skunk Ape dari Everglades, Momo Monster
Missouri. Sementara Rusia menyebutnya dengan nama Kaptar.
Para peneliti yang tergabung dalam National Geographic Society lebih
percaya dengan teori evolusi. Dari ciri-ciri bentuk tubuhnya, Yeti dan
kerabat-kerabatnya di pegunungan dan kelebatan hutan di seluruh dunia
adalah sisa-sisa spesies Meganthropus.
Meganthropus adalah spesies keturunan kera raksasa Gigantophitecus
yang tersingkir ke wilayah-wilayah tak terjamah karena tak mampu
bersaing dengan manusia saat ini atau homo erectus yang lebih cerdas
sejak jaman Pleistosen sejuta tahun yang lalu.
0 komentar:
Posting Komentar